Sabtu, 17 Oktober 2020

Taqwa Kepada Allah

            Taqwa berasal dari kata "waqa-yaqi-wiqayatan" yang artinya hati-hati, ingat mawas diri, waspada dan memelihara. Hujahnya adalah Al Quran At Tahrim ayat 6 yang artinya: “Wahai orang yang beriman, hendaklah kamu memelihara kamu dan kelurgamu dari api neraka”. Dalam Al-Quran, Allah sering menyeru dengan kalimat ittaqu atau yattaqi. Tambahan
huruf pada asal kata waqa membawa perubahan makna. Di sini ittaqullah mempunyai maksud: hendaklah kamu mengambil Allah sebagai pemelihara/ benteng/ pelindung. Yaitu hendaklah jadikan Tuhan itu pelindung. Jadikan Tuhan itu benteng. Bila sudah berada dalam perlindungan, kubu atau benteng Tuhan maka perkara yang negatif dan berbahaya tidak akan masuk atau tembus. Artinya jadikanlah Tuhan itu dinding dari segala kejahatan.
       Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Taqwa adalah: 1. Terpeliharanya sifat diri untuk untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya. 2. Keinsyafan yang diikuti kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. 3. Keshalehan hidup.
         Orang yang bertaqwa adalah orang yang luar biasa disebabkan dia adalah manusia yang sudah tinggi darjatnya. Sebab itulah dia dibantu dan dibela oleh Tuhan. Dan hanya orang bertaqwalah yang akan selamat dunia akhirat.
     Selama ini ada di antara kita ada yang memahami bahwa pengertian taqwa itu sebagai takut. Sedangkan taqwa itu bukan berarti takut kepada Allah. Jadi bilamana khatib membaca khutbah Jumaat, seringkali juga khatib itu melaungkan Ittaqullah, kemudian diterjemahkan sebagai takutlah kamu kepada Allah. Kalaulah istilah takut itu mau digunakan, maka eloklah disebut khaufullah. Sebab itu makna yang sebenarnya mengenai takutlah kepada Allah. Takut kepada Allah itu hanyalah satu sifat dari pada berbagai macam sifat taqwa. Ia adalah sebiji buah taqwa dari pada himpunan buah-buah taqwa yang beratus banyaknya. Oleh itu tidaklah tepat ditafsirkan taqwa itu sebagai takut.
           Beberapa dalil tentang taqwa:
Alif Laam Miim.Kitab Al-Qur”an ini tidak ada keraguanpadanyapetunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugrahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab Al-Qur’an yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang mendapatkan petunjuk dari Tuhannya, dan mereka orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Baqarah:1-5)
"Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah sejauh yang termungkin." (At Taghabun: 16)
"Hendaklah kamu menambah bekalan. Maka sesungguhnya sebaik-baik bekalan itu adalah sifat taqwa." (Al Baqarah: 197)
“Jika penduduk suatu negeri beriman dan berTaqwa, Kami akan bukakan berkat dari langit dan bumi” (Al A’raf : 96)
Allah menjadi pembela (pembantu) bagi orang yang berTaqwa” (Al Jatsiyah: 19)
“Akan Aku wariskan bumi ini kepada orang-orang yang sholeh (berTaqwa)” (Al Anbiya: 105)

        Jenis-jenis kegiatan ketaqwaan:
  • Program ketaqwaan dua minggu berturut-turut
1. Membaca Al-Qur'an minimal tiga kali sehari 2. Menginfaqkan sebagian harta pada faqir miskin dalam keadaan apapun 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Sabar ketika mendapat kesulitan 5. Membersihkan kamar dan membereskan lemari setiap hari.
  • Program ketaqwaan dari tanggal 05-11 Desember 2008
1. Menahan Amarah 2. Memaafkan kesalahan orang lain 3. Sopan santun terhadap orang tua 4. Menghafal juz amma dan surat-surat penting yang ada di Al-Qur’an 5. Memahami dan mengamalkan isi Alqur’an.
  • Program ketaqwaan dari tanggal 12-18 Desember 2008
1. Berfikir Logis tidak berfikir skuler 2. Tidak melakukan tindakan yang sia-sia 3. mengerjakan apa yang bermanfaat 4. Menundukan kepala dan merendahkan pandangan 5. Berusaha untuk mengingat Allah disetiap hembusan nafas.
  • Program ketaqwaan dari tanggal 12-18 Desember 2008
1. Mentafakuri apa yang di ciptakan oleh Allah 2. Berbuat baik terhadap semua makhluk Allah 3. Mengikuti pengajian remaja 4. Menjaga persahabatan secara islami.

        Sebelumnya saya masih sangat kurang dalam melaksanakan kegiatan tersebut, tetapi setelah saya melaksanakan tugas individu ini Alhamdulillah banyak peningkatan dalam diri saya dan tugas ini bisa dilaksanakan dengan baik, walaupun pada awalnya saya belum bisa sepenuhnya melaksanakan, tetapi karna kesungguhan saya dan dorongan motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah tugas ini dapat dilaksanakan sepenuhnya dengan baik. 

           Mengajak teman untuk memiliki karakter taqwa:
  • Program ketaqwaan dua minggu berturut-turut
1. Mengajak teman untuk berpakaian sopan dan rapi 2. Mengajak teman untuk shalat lima waktu dan membaca Al-Qur'an 3. Mengajak teman untuk tidak membuang sampah sembarangan
  • Program ketaqwaan dari tanggal 05-11 Desember 2008
1. Mengajak teman untuk menahan Amarah 2. Mengajak teman untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain 3. Sopan santun terhadap orang tua
  • Program ketaqwaan dari tanggal 12-18 Desember 2008
1. Menajak teman untuk tidak melakukan tindakan yang sia-sia 2. Menajak teman untuk mengerjakan apa yang bermanfaat 3. Berusaha untuk mengingat Allah disetiap hembusan nafas
  • Program ketaqwaan dari tanggal 12-18 Desember 2008
1. Mengajak teman di rumah untuk mengenakan jilbab 2. Mengajak teman untuk mengikuti pengajian remaja 3. Mengajak teman untuk mentafakuri apa yang telah diciptakan oleh Allah 4. Mengajak teman untuk selalu mengingat Allah. 

        Sebelumnya teman saya masih sangat kurang dalam melaksanakan kegiatan tersebut, tetapi setelah saya mengajaknya,  Alhamdulillah banyak peningkatan yang saya lihat pada diri mereka, seperi yang tadinya mereka tidak memakai jilbab sekarang menjadi mau memakai jilbab dll. Pada awalnya saya sangatlah sulit mengajak mereka untuk taqwa, tetapi saya mencoba berusaha terus semampu saya untuk menegakan amar ma'ruf nahi munkar. Alhamdulillah, dengan kesabaran saya mereka bisa mempunyai karakter taqwa.

Kemampuan Bersosialisasi

        
Singapore 2019

        Pengertian kemampuan bersosialisasi adalah perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial yang mampu bermasyarakat serta dapat bersosialisasi pada setiap ligkungan seseorang berada dan dapat menghasilakn sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang disekitar kita. Kematangan bersosialisasi ini bertujuan untuk calon pendidik agar memiliki kemampuan bersosialisasi, memiliki kepekaan sosial yang tinggi dalam dunia pendidikan khususnya, dan masyarakat umumnya. Kematangan bersosialisasi sangat terkait dengan perkembangan sosial seseorang. Sedangkan perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial menjadi orang yang bermampu bermasyarakat (socialized) memerlukan tiga proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. 
        Proses-proses tersebut ialah: 1. belajar berprilaku yang dapat diterima secara social 2. memainkan peran sosial yang dapat diterima 3. perkembangan sikap sosial. Karakter kemampuan bersosialisasi 1.Memahami orang lain. 2.Peduli terhadap orang lain. 3.Berbagi dengn orang lain. 4.Rasa menolong oran lain 5.Toleransi 6.Senang bersosialisasi 7.Tertib aturan.
  • Program kemampuan bersosialisasi dari tanggal 19-25 Desember 2008
1. Peduli terhadap orang lain 2. Menolong orang lain disaat mendapat kesulitan 3. Mampu mengerti dan memahami orang lain. 4. Dapat berbagi dengan orang lain 5. Tidak gibah, fitnah, namimah dan munafik 6. Ramah terhadap orang lain 7. Tidak dengki terhadap orang lain 8. Bicara dengan jelas 9. pengaruhi orang lain dalam hal positif. 
           Sebelumnya saya masih sangatlah kurang dalam bersosialisasi baik dilingkungan kampus, keluarga, maupun masyarakat. Tetapi setelah saya mendapatkan tugas individu ini saya mampu bersosialisasi dengan baik, walaupun pada hari pertama saya belum bisa melaksanakan sepenuhnya tetapi karna semangat, kesabaran, dan keikhlasan saya yang tinggi untuk bisa berubah dan membentuk karakter ini, Alhamdulillah saya bisa melaksanakannya dengan baik. Semoga karakter sosialisasi ini selalu melekat dihati saya. Aamiiin. 

Kematangan Intelektual


    Intelektual secara harfiah berasal dari bahasa Inggris "intellectual". Termasuk adjective (kata sifat). "Intelektual" menurut AS Hornby et.al berarti: having or showing good reasoning power, menunjukkan kekuatan penalaran yang baik. Sedangkan menurut istilah ialah yang di artikan oleh George A. Thoedorson dan archiles G. Thoedorson Intelektual adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri kepada pengembangan gagasan orisinal dan terlibat dalam usaha-usaha Intelektual kreatif. 
    Intelektual ialah orang yang menggunakan inteleknya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengajak, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai idea. Secara umum, terdapat tiga pengertian modern untuk istilah "intelektual", yaitu: 1. Mereka yang amat terlibat dalam idea-idea dan buku-buku; 2. Mereka yang mempunyai kepakaran dalam budaya dan seni yang memberikan mereka kewibawaan kebudayaan, dan yang kemudian mempergunakan kewibawaan itu untuk bertutur tentang perkara-perkara lain di khalayak ramai. Golongan ini dipanggil sebagai "intelektual kebudayaan". 3. Dari segi Marxisme, mereka yang tergolong dalam kelas pensyarah, guru, peguam, wartawan, dan sebagainya. Oleh karena itu, intelektual sering dikaitkan dengan mereka yang berkelulusan university. 
        Bagaimanapun, Sharif Shaary, dramatis Malaysia yang terkenal, mengatakan bahawa hakikatnya tidak semudah itu. Beliau berkata: "Belajar di university bukan jaminan seseorang boleh menjadi intelektual... seorang intelektual itu adalah seorang pemikir yang sentiasa berfikir dan mengembangkan serta menyumbangkan ideanya untuk kesejahteraan masyarakat. Dia juga adalah seorang yang mempergunakan ilmu dan ketajaman fikirannya untuk mengkaji, menganalisis, merumuskan segala perkara dalam kehidupan manusia, terutama masyarakat di mana dia hadir khususnya dan di peringkat global, umumnya untuk mencari kebenaran dan menegakkan kebenaran itu. 
        Lebih dari pada itu, seorang intelektual juga adalah seorang yang kenal akan kebenaran dan berani pula memperjuangkan kebenaran itu, meski dalam tekanan dan ancaman yang dihadapinya, terutama kebenaran, kemajuan, dan kebebasan untuk rakyat."
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelligensi yaitu:
1. Pembawaan 2. Kematangan 3. Pembentukan 4. Minat 5. Kebebasan
  • Program kematangan intelektual dari tanggal 12-18 Desember 2008
1. Rajin membaca buku yang bersifat ilmiah 2. Mengikuti dan mendengarkan diskusi dengan baik 3. Belajar tanpa mengenal lelah 4. Menghargai pendapat orang lain dalam forum diskusi dll 5. Dapat menerima kritik dan saran dari orang lain 6. Berusaha mandiri dalam berfikir 7. Buka Internet 8. Meneliti sesuatu yang baru
  • Program kematangan intelektual dari tanggal 19-25 Desember 2008
1. Menulis kembali apa yang telah saya dapat dari orang lain yang memberikan manfaat dan pengetahuan pada saya 2. Belajar berfikir secara kreatif 3. Mencoba untuk menghasilkan sesuatu ide yang baru 4. Rajin keperpustakaan 5. Belajar berfikir secara kritis. 
        Sebelumnya saya masih sangat kurang dalam melaksanakan kegiatan tersebut, tetapi setelah saya melaksanakan tugas individu ini Alhamdulillah banyak peningkatan dalam diri saya dan tugas ini bisa dilaksanakan dengan baik, walaupun pada awalnya saya belum bisa sepenuhnya melaksanakan, tetapi karna kesungguhan saya dan dorongan motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah tugas ini dapat dilaksanakan sepenuhnya dengan baik.

Kematangan Kepribadian

Indana Zulfa
        Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian. Salah satu yang paling penting menurut Gordon W.Allport. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari system psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. 
        Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward, punishment, pendidikan dsb. Misalnya seorang pemalas setelah masuk FITK menjadi rajin, maka kepribadiannya berubah. Perilaku SMA berubah menjadi perilaku mahasiswa FITK. 
      Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992). 
        Dalam bahasa latin asal kata personaliti dari persona (topeng). Sedangkan dalam ilmu psikologi menurut, Gordon W.Allport adalah suatu organisasi yang dinamis dari system psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Berdasarkan pengertian di atas maka corak perilaku individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan akan berbeda-beda. Misalnya corak perilaku mahasiswa FITK dalam mengisi waktu luang atau saat tidak ada dosen menunjukan seperti apa kepribadiannya. 
          Ada mahasiswa yang ngobrol, ada mahasiswa yang cenderung makan, ambil air wudlu untuk sholat, ada yang segera pulang atau pergi ke perpustakaan. Semua perilaku tersebut bersifat khas, artinya hanya dimiliki oleh individu itu. Meskipun orang lain memiliki perilaku yang sama mungkin pemaknaannya berbeda. Misalnya ada yang makan karena belum sarapan, ada yang makan karena kesal menunggu, ada yang makan karena ikut teman atau makan karena mengisi waktu saja. 
           Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari lingkungan, misalnya dari keluarga. Baik terbentuk dari masa kecil maupun dari bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.
          Kepribadian yang terbentuk dari lingkungan  keluarga, dalam hal ini adalah kata-kata apakah yang sering dikatakan oleh orang tuanya, pujian apa yang sering didengar, hukuman apa yang sering dialami berkaitan dengan satu perilaku di rumah, dan Motivasi apa serta contoh apa yang diperlihatkan keluarganya. Semua itu akan membentuk kepribadian seseorang. Misalnya saat listrik mati ada ayah yang mengatakan: “awas ada hantu”, ada ayah yang mengatakan “cepat siapkan lampu pengganti”, ada orang tua yang pergi ke luar, ada orang tua yang langsung tidur, ada juga yang menganjurkan berdo’a dan ambil air wudlu. dsb. 
         Semua stimulus kita dapatkan sejak lahir baik dari kakak, ayah, ibu, teman, televisi, dan sebagainya. Semua akan mempengaruhi cara kita bersikap terhadap sesuatu. Pada saat itulah kepribadian terbentuk. Selanjutnya melalui proses yang tidak sederhana akan berinteraksi dengan bentuk fisik seperti kurus, pendek, gemuk, lobus otak, pembuluh darah, jantung dan atribut psikologis misalnya sabar, pemarah, cerewet, agresif, dan sebagaiya.
        Personality is : the complex of all the attributes-behavioral, temperamental, emotional and mental that characterize a unique individual; "their different reactions reflected their very different personalities"; "it is his nature to help others. 
        Pengertian di atas merujuk pada ciri-ciri perilaku yang kompleks terdiri dari temperamen (reaksi emosi yang cenderung menetap dalam merespon situasi atau stimulus lingkungan secara spontan), emosi yang bersipat unik dari individu. Reaksi yang berbeda dari masing-masing individu menunjukan perbedaan kepribadian. 
         Dalam konsep text book yang lain digambarkan "Personalities is : 1. The quality or condition of being a person. 2. The totality of qualities and traits, as of character or behavior, that are peculiar to a specific person. 3. The pattern of collective character, behavioral, temperamental, emotional, and mental traits of a person: Though their personalities differed, they got along as friends. 4. Distinctive qualities of a person, especially those distinguishing personal characteristics that make one socially appealing: won the election more on personality than on capability. See Synonyms at disposition.
  • A person as the embodiment of distinctive traits of mind and behavior
  • A person of prominence or notoriety: television personalities
6. An offensively personal remark. Often used in the plural: Let's not engage in personalities 7. The distinctive characteristics of a place or situation: furnishings that give a room personality. Personality is reflected by a person’s capacity and skill in managing activities of daily living. Individual responses and interactions to internal and external environmental demands are influenced by constant interplay of genetic , neurobiological and psychological factors. (Deborah Antai otong, 1995:288) 
          Pengertian di atas berfokus pada cara-cara individu dan keterampilan individu dalam memanfaatkan waktunya setiap hari. Kebiasaan dalam memanfaatkan waktu setiap hari tersebut merupakan hasil interaksi antara genetik, kondisi otak, persyarafan dan faktor psikologis. 
         Kepribadian dalam konteks Islam, dalam bahasa Arab disebut as-syakhshiyyah, berasal dari kata syakhshun, artinya, orang atau seseorang atau pribadi. Kepribadian bisa juga diartikan identitas seseorang (haqiiqatus syakhsh). Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam As Syakhshiyyah Al Islamiyyah jilid I halaman 5, menyatakan bahwa kepribadian atau syakhshiyyah seseorang dibentuk oleh cara berpikirnya (aqliyah) dan caranya berbuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginannya (nafsiyah).
           Tinggi rendah identitas atau jati diri seseorang tergantung dari kemampuan berpikirnya dan tingkah laku atau aktivitas hidupnya. Secara nyata bisa kita amati di sekeliling kita. Dalam suatu lingkungan masyarakat, bangsa atau negara muncul orang-orang tertentu yang menjadi pemimpin dan penggerak massa. Mereka mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dalam bidang pemikiran dan pemecahan problema masyarakat. Pemikiran yang mereka lontarkan berkembang, diterima dan menggerakkan tiap-tiap pribadi yang mengikutinya. Aktivitas dan program-programnya mempengaruhi aktivitas kehidupan orang banyak. Orang-orang seperti ini tidak selalu dari kalangan bangsawan atau memiliki harta kekayaan yang berlimpah. Mahatma Gandhi misalnya, mampu menggerakkan bangsa India dengan kesederhanaannya. Thalut, memimpin Bani Israil untuk membebaskan diri dari kezhaliman bangsa penjajah, tanpa mempunyai kekayaan. 
        Allah SWT mengabadikan fakta sejarah ini dalam firman-Nya"Nabi mereka menyatakan kepada mereka (Bani Israil): 'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu'. Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?'. Nabi (mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa'. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui'." (QS Al Baqarah:247).
        Kita jumpai pula di masyarakat adanya orang-orang yang hanya menjadi beban, bahkan menjadi sampah masyarakat. Mereka tidak mampu memecahkan masalah mereka sendiri, apalagi memecahkan masalah masyarakat. Di antara dua contoh ekstrim di atas; ada orang-orang yang mampu menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri, tetapi tidak mampu atau tidak mau memecahkan problema orang lain. Mereka sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menggeluti kesenangannya sendiri. Orang-orang demikian tidak banyak berpikir dan bekerja kecuali untuk dirinya. Hati mereka terpisah dari masyarakat. 
        Posisi seseorang di suatu masyarakat tergantung dari seberapa tinggi kualitas hubungan (nilai interaksi) dirinya dengan anggota masyarakat yang lain. Kualitas hubungan itu berupa nilai aktivitas (amal) yang terjadi yang melibatkan dirinya dengan orang-orang lain. Nilai aktivitas yang dirasakan oleh pribadi-pribadi terkait tersebut menimbulkan tanggapan, dan sampai taraf tertentu berupa suatu pengakuan terhadap orang tersebut apakah dia orang besar, berpengaruh, orang biasa-biasa saja atau orang kecil. 
            Apakah dia orang alim, atau orang jahil. Apakah dia orang dermawan, orang yang sedang-sedang saja, atau orang bakhil/pelit. Apakah dia orang kuat, sedang atau lemah. Apakah dia orang yang pemberani atau penakut (pengecut). Apakah dia orang yang adil atau zhalim. Apakah dia orang yang amanah (terpercaya) atau khianat (menyeleweng). Apakah dia orang jujur atau suka menipu. Apakah dia pahlawan pembela kebenaran atau gembong kejahatan. Oleh karena itu, terbentuknya tingkat kepribadian seseorang di dalam masyarakat berkaitan dengan nilai aktivitas yang dia lakukan dalam berinteraksi dengan pribadi-pribadi anggota masyarakat yang lain. Yang menjadi masalah sekarang adalah, apa sesungguhnya yang menentukan nilai aktivitas atau amal perbuatan yang ia lakukan?. 
        Jelaslah, bahwa pembentuk kepribadian dan ukuran-ukuran penilaian suatu kepribadian bukanlah harta seseorang, bentuk rupanya, badannya atau hal-hal fisik lain yang hanya merupakan asesori atau menjadi kulit-kulit luar suatu kepribadian, melainkan isi dalam diri seseorang, yakni cara berpikirnya dan sikap jiwanya. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa syakhshiyyah Islamiyyah atau kepribadian Islam adalah perpaduan antara cara berfikir Islami (aqliyyah Islamiyyah) dan sikap jiwa Islami (nafsiyyah Islamiyyah) yang terdapat dalam diri seorang muslim. 
            Seorang muslim bisa dikatakan memiliki cara berfikir yang Islami (aqliyyah Islamiyyah) manakala ia sudah bertekad untuk memikirkan segala sesuatu dan setiap problema yang dihadapinya dengan cara pandang dan cara-cara pemecahan Islam. Ia hanya bertekad hanya akan menggunakan kaca mata Islam. Seorang muslim bisa dikatakan memiliki sikap jiwa Islami (nafsiyyah Islamiyyah) manakala dia telah bertekad untuk membimbing dan memenuhi segala keinginan hawa nafsunya dengan cara-cara pemuasan Islam. Rasulullah saw. bersabda: "Tidaklah beriman salah seorang di anatara kalian hngga ia membimbing hawa nafsunya selalu mengikuti apa (Islam) yang kubawa ini" (HR. Imam Nawawi).
      Dengan demikian seorang muslim baru dikatakan memiliki kepribadian Islam (syakhshiyyah Islamiyyah) manakala ia telah bertekad dalam hatinya untuk selalu memiliki aqliyyah Islamiyyah dan nafsiyyah Islamiyyah. Seorang muslim tidak mungkin bertekad seperti itu manakala belum memahami dan memiliki aqidah Islamiyyah secara benar. Aqidah Islamiyyah yang tidak lain adalah keimanan kepada Allah SWT, para malaikat-Nya, Al Qur'an dan kitab-kitab-Nya yang lain, Nabi Muhammad Saw, dan para Rasul-Nya yang lain, hari kiamat, dan qadla-qadar-Nyaadalah pemikiran yang paling mendasar yang akan menjadi standar bagi seluruh pemikiran-pemikiran lain yang diproses oleh akal seorang muslim. Oleh karena itu, memperoleh aqidah Islamiyyah ini harus melalui proses berfikir. 
       Imam As Syafi'i r.a. dalam Fiqhul Akbar mengatakan bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir tentang dirinya dan alam semesta ini hingga mendapatkan kesimpulan bahwa Allah adalah Rabbul'alamin (Pencipta dan Pemelihara sekalian alam). Pencapaian aqidah melalui proses berfikir, meneliti, dan mengamati adalah aqidah yang sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal seorang muslim. Aqidah yang diperoleh melalui warisan semata atau sekedar hafalan rukun iman seperti yang diajarkan kepada murid sekolah dasar tidak akan menghunjam kuat pada hati seseorang, tidak menjadi mafahim atau pandangan hidup baginya, dan tidak menentukan pola berpikir maupun pola sikap dan jiwanya. Oleh karena itu, jika ingin menghasilkan kepribadian Islam yang unggul maka harus diintroduksikan kepada kaum muslimin aqidah Islam yang diperoleh melalui proses berfikir ini sehingga akan terbentuk pribadi-pribadi yang memiliki kemajuan dan kebangkitan dalam cara berpikir dan dalam pengendalian diri.
  • Program kematangan kepribadian dari tanggal 05-11 Desember 2008
1. Mengontrol diri sendiri baik segala kelebihan maupun kekurangan 2. Sopan Santun dalam berbicara dan bertingkah laku 3. Hidup sehat 4. Qanaah/menerima apa adanya 5. Mengontrol emosi dan bersabar di saat mendapat kekecewaan 6. Makan teratur 7. Dapat menyesuaikan diri di linhkungan keluarga dan masyarakat 8. Berpakaian rapi
  • Program kematangan kepribadian dari tanggal 12-18 Desember 2008
1. Menerima emosi manusia 2. disiplin terhadap diri sendiri 3. Mengorbankan kepentingan pribadi semi kepentingan bersama 4. Selalu berfikiran positif
  • Program kematangan kepribadian dari tanggal 19-25 Desember 2008
1. Bersifat hangat terhadap orang lain 2. Berhati-hati dalam mengerjakan tugas 3. Peduli terhadap lingkungan sekitar 4. Menjaga kebersihan 5. Terampil dalam mengerjakan tugas. 

        Sebelumnya saya belum mempunyai kepribadian yang matang, Tetapi setelah saya mendapatkan tugas individu ini, Alhamdulillah saya mempunyai kematangan kepribadian yang semakin meningkat, walaupun pada awalnya saya belum bisa melaksanakannya dengan baik, tetapi karna semangat dan kesabaran saya untuk bisa berubah dan membentuk karakter ini, Alhamdulillah saya bisa melaksanakannya dengan baik.

Rabu, 19 Agustus 2020

Guru Bertutur Pajak (GUTUPAK)

            Video Lomba guru bertutur pajak 2019 yang diadakan oleh PGRI bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pajak (DJP). Juara 1 tingkat Nasional.